Berbagi adalah sebuah hal kecil yang bisa dilakukan kapanpun dan di manapun. Namun sayangnya, masih saja ada di antara kita yang hingga saat sekarang belum peduli terhadap perbuatan mulia ini. Padahal, kebiasaan berbagi bisa menjadi awal yang baik kepekaan kita pada sesama. Hal ini seharusnya dapat ditanamkan oleh setiap orang tua kepada anak-anaknya sejak dini.
Bahkan, Dra Rustika Thamrin Psi, seorang psikolog yang sudah mendalami masalah pengasuhan anak selama 14 tahun, sebagaimana dikutip Republika, menyatakan bahwa seharusnya orang tua, terutama ibu, sebaiknya sudah mengajarkan berbagi pada anaknya sejak dalam kandungan. Sebab, saat ibu sedang mengandung terdapat suatu spektrum energi yang sangat kuat yang bisa menghubungkan keduanya sehingga si janin dalam kandungan bisa mengerti setiap kegiatan atau sikap baik yang dilakukan oleh ibunya. Ajaklah bayi kita untuk berkomunikasi sejak masih di dalam kandungan dan ajarkan padanya untuk berbagi. Dengan demikian, si anak akan jadi terbiasa untuk melakukan perbuatan baik saat dia lahir ke dunia, kata psikolog yang juga lulusan Universitas Indonesia dalam sebuah inspirative talkshow Tango di Jakarta pada tahun 2012 silam.
Prinsip berbagi
Sementara itu, seorang pembicara lain, Non Rawung, menjelaskan tentang prinsip berbagi. Menurutnya, berbagi adalah memberikan apa yang kita sukai pada orang lain. Apa yang dirasa berguna bagi diri kita, harus dirasakan juga oleh orang lain. Berbagi bukanlah memberikan sesuatu yang sisa pada orang lain, akan tetapi memberikan sesuatu yang terbaik yang kita punya, ujar wanita asal Gorontalo ini.
Menurut Rustika Thamrin, apa yang dilakukan Ibu Lilis merupakan hal yang sangat tepat. Saat ini mencari orang tua yang bisa dijadikan contoh oleh anak-anak seperti itu tidaklah mudah. Terkadang orang tua hanya mampu mendoktrin anak-anaknya untuk melakukan ini dan itu, akan tapi dia sendiri malah tidak mengerjakannya, kata Rustika thamrin.
Memperkuat tekad
Kurangnya contoh yang baik dari kedua orang tua tidak menjadi satu-satunya kendala untuk menanamkan niat dalam memulai kebiasaan berbagi. Kendala lainnya adalah seseorang tidak akan mudah terbiasa untuk keluar dari zona nyaman yang dia rasakan. Selain hal itu, adanya hambatan keyakinan dan juga kesulitan bagi orang-orang yang sedang terlibat, perasaan takut akan kegagalan, juga akan merasa citra dirinya akan terganggu pun menjadi sebuah kendala tersendiri. Kendala-kendala seperti ini akan muncul di awal seseorang yang akan memulai kebiasaan berbagi tersebut. Kalau tidak segera diatasi, bisa jadi orang tersebut malah akan mundur, dan kebiasaan berbagi ini tidak akan bisa terwujud.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut sebenarnya sudah ada pada setiap diri kita sendiri, yaitu dengan niat yang tulus dan kuat untuk memulai kebiasaan baik ini (determination to start). Dengan tekad yang kuat dalam diri, semua kendala akan bisa teratasi, jelas Rustika thamrin.
Mempunyai niat untuk dapat berbagi saja tentu tidak cukup, harus ada sebuah konsistensi yang harus mengiringinya. Konsistensi inilah yang akan mampu menentukan apakah sikap berbagi dapat menjadi sebuah kebiasaan atau hanya sekadar wacana saja. Sebuah konsistensi tentu dipengaruhi oleh motivasi yang sangat kuat. Motivasi yang sangat kuat bukanlah berasal dari diri orang lain, melainkan berasal dari diri kita sendiri.
Source: Republika
Tips Penting Lainnya:
Tags: mendidik anak