Cara menghukum anak yang benar dan mendidik perlu menjadi salah satu pengetahuan para orang tua, karena hal ini erat kaitannya dengan perkembangan anak. Perbedaan perilaku pada si buah hati ditambah pemahaman orang tua dalam mendidik anaknya menentukan hukuman yang diberikan pada anak. Tentu saja hukuman yang diberikan orang tua pada anaknya bertujuan untuk kebaikan anak. Oleh karena itu, dalam menghukum anak harus tetap dengan cinta, bukan dengan keke’rasan atau hukuman fisik. Karena keke’rasan secara fisik pada anak bisa menyebabkan keseimbangan emosi si buah hati terganggu. Bahkan, tidak jarang perilaku anak juga akan semakin ‘liar’.
Namun masalahnya, menurut sebuah penelitian, pada saat anak melakukan kesalahan, hampir 90 persen orang tua mengaku bahwa mereka pernah memberikan hukuman secara fisik. Padahal cukup banyak psikolog yang melarang para orang tua untuk menghukum anak secara fisik, karena hal itu dapat berlanjut pada keke’rasan fisik.
Apabila dilihat dengan lebih dalam, perilaku anak juga akan sangat bergantung pada usianya, kepribadiannya ataupun perkembangan fisik dan juga emosionalnya. Akan tetapi suatu perilaku anak akan dinilai bermasalah apabila dianggap tidak sesuai atau tidak pas dengan harapan keluarga atau pada saat hal tersebut mengganggu anak itu sendiri.
Sebuah penelitian yang pernah dilakukan di University of New Orleans, Amerika menyimpulkan ada tiga cara menghukum anak yang benar dan mendidik dibandingkan dengan mem’ukul, yaitu:
- Dengan cara mendiamkan ataupun memberikan mereka waktu sendiri untuk dapat merenungi kesalahannya. Setelah beberapa lama, baru ajak anak mengobrol dan tanyakan apa alasan anak Anda berulah.
- Memberikan anak tambahan tugas rumah.
- Melarang anak melakukan beberapa aktivitas favoritnya untuk sementara waktu. Misalnya, tidak mengizinkan anak bermain internet dan juga menonton TV selama beberapa hari atau seminggu.
Menghukum anak dengan kasar memang bukan merupakan solusi terbaik. Karena meskipun orang tua hanya sesekali saja mem’ukul anak, tetap saja hal tersebut dapat membuat anak jadi cenderung mudah stres dan juga tidak percaya diri. Seperti yang pernah kami ulas dalam tulisan berjudul: Mendidik Anak Dengan Kasar Mengakibatkan Kardiovaskular.
Dr. Paul Frick, salah seorang staf pengajar dari University of New Orleans, menyebutkan bahwa kuncinya dalam menghukum anak adalah konsistensi. Memberikan hukuman secara fisik, bagi Anda mungkin tampak cukup keras sehingga si kecil akan menghentikan ulah dan kenakalannya. Namun, cara seperti itu justru akan menimbulkan masalah lain yang jau lebih besar. Lebih baik Anda menggunakan tipe hukuman untuk mendisiplinkan anak dan Anda fokus saja pada konsistensi.
Dalam melakukan penelitian tersebut, Dr. Frick bersama tim penelitinya mengamati dampak yang timbul dari keke’rasan fisik pada 98 anak. Ternyata lebih banyak dampak negatifnya. Pelajaran yang didapatkan oleh anak justru apabila sedang marah kepada seseorang, dia diperbolehkan untuk mem’ukulnya.
Dr. Frick, yang hasil penelitiannya ini dimuat di dalam Journal of Applied Developmental Psychology mengatakan bahwa kuncinya dalam menghukum anak adalah mempunyai beragam bentuk hukuman yang sesuai dengan usia anak. Anak-anak yang usianya masih di bawah 5 tahun, sebaiknya diberikan hukuman dengan cara mendiamkannya. Sedangkan anak-anak yang usianya di atas 5 tahun, sebaiknya diberikan hukuman dengan memberi tambahan tugas rumah dan tidak memberinya izin untuk melakukan aktivitas favorit anak Anda untuk sementara waktu. Cara menghukum anak yang benar dan mendidik ini cukup berhasil dan yang penting tanpa menyakiti anak-anak.
Satu lagi yang perlu kita ingat sebagai orang tua adalah jangan menghukum anak pada saat kita marah. Biarkan reda dulu. Tujuan dari hukuman itu sendiri adalah mengajari anak agar berperilaku lebih baik lagi di kemudian hari. Tujuan hukuman bukan untuk impas. Memang terkadang anak dapat membuat jadi kita hilang kesabaran, namun saat itu bukanlah merupakan waktu untuk yang tepat untuk menjatuhkan hukuman.
Terkadang banyak orangtua yang bereaksi secara berlebihan pada anaknya. Apa komentar Anda ketika ada orang tua yang tidak memberi putranya makan selama 5 jam pada saat dia menghilangkan sweater miliknya di sekolah. Pada saat orang tua bereaksi secara berlebihan karena sedang marah, perkataannya juga bisa jadi tidak akan masuk akal. Kita tentu saja tidak boleh membiarkan anak Anda kelaparan selama berjam-jam. Jadi, jangan pernah menghukum anak pada saat kita sedang marah. Karena pada saat marah, kita hanya mengajarkan pada anak-anak bahwa hukuman adalah bentuk pembalasan.
Tujuan memberikan hukuman pada anak adalah untuk mengubah perilaku yang buruk dan mengajarkan pada anak agar bisa mengambil sebuah keputusan yang jauh lebih baik. Hukuman akan bermanfaat dan sangat efektif jika ditetapkan sebelumnya dan sudah direncanakan. Hukuman bagi anak tidak akan berjalan dengan baik jika berupa reaksi yang impulsif. Ketika marah dan menghukum anak, kita berarti bertindak sebagai contoh perilaku yang negatif bagi anak dan kita tidak mengajarkan anak-anak untuk dapat membuat keputusan yang jauh lebih baik.
Selain itu, hukuman bagi anak juga seharusnya tidak dengan mempermalukan, menghina atau dengan merendahkan anak. Karena hukuman dimaksudkan untuk dapat mengajarkan pada anak bahwa berperilaku buruk itu memang salah.
Jika hukuman tersebut sampai mempermalukan si kecil, maka di dalam dirinya akan timbul suatu perasaan yang sangat tidak sehat. Tindakan hukuman dengan mempermalukan hanya akan menyebabkan anak menilai orang tuanya jah’at serta tidak adil..
Tips Penting Lainnya:
Tags: mendidik anak